Langsung ke konten utama
MISI SANG PENCURI
(Oleh Wisnu Adi Pratama)


"Maling...."!
Suara seseorang berteriak kepada orang yang sedang berlari dari kerumunan, sontak orang-orang yang ada disekitarnya kaget dan langsung mengejarnya orang yang berlari cukup kencang
.
Ia berlari begitu lincahnya, menerobos jalanan seperti seekor rusa yang sedang dikejar beberapa harimau yang sedang gelap mata. Ia akan terus berlari untuk menyelamatkan hidupnya dari para mangsa. Beberapa harimau nampak memiliki hasrat memangsa yang luar biasa melihat santapannya menggoda untuk dikejarnya
.
Ketika asik berlari, ternyata dari arah berlawanan, ada sang singa yang sudah menghadangnya, dengan satu dua sergapan. Sang singa langsung melumpuhkan rusa.
Pria berbadan besar itu mengenakan seragam security. Ia mampu membuat rusa itu tak berkutik. Seseorang yang dari tadi berlari seperti tak punya keahlian lagi untuk berlari, kakinya seperti terpaku. Dan tenaganya tak cukup kuat untuk lepas dari sergapannya
.
Beberapa harimau yang tadi mengejarnya sudah sampai pada hidangan yang ada di depan mata. Rasa lapar yang tak terkira buat mereka berebut mencicipi hidangannya. Tapi sang Singa mengaung kepada para harimau yang kelaparan itu, sontak buat mereka terdiam. Kemudian beberapa harimau hanya mampu berteriak dengan terbata-bata
.
"Haajar aja"
"Pukuul"
.
"Tenang semuanya, jangan main hakim sendiri" Ucap Security
Sang pencuri terlihat lemah tak berdaya, ia sudah pasrah akan apapun yang dilakukan kepadanya. Ia tak berharap banyak, barangkali masih hidup saja sudah bersyukur baginya melihat para harimau yang sudah ada di depan matanya
.
Salah seorang berlari sambil mengepalkan tinju kepada mukanya.
''Heeeey"
Beberapa orang terbawa suasana dan hendak mengikuti jejaknya untuk mengepalkan tinju. Tapi Sang security langsung memasang badan untuk melindungi si pencuri.
"Berhenti"
Beberapa security lain berdatangan untuk menenangkan suasana yang sudah semakin tak karuan
.
Akhirnya masa berhasil ditenangkan, kemudian salah seorang security melihat kepada pencuri. Ia tak melihat ada barang berharga yang dibawanya, ia hanya melihat sebuah buku yang sedang dipegang erta di tangan kanannya
.
"Kamu mencuri buku"? Ucap Security
"Hahahahha"
Security itu tertawa melihat barang yang dicuri si pencuri hanyalah sebuah buku, mungkin dalam benaknya untuk apa orang mencuri barang seperti buku. Tidak ada yang akan membelinya, tidak akan ada yang kehilangannya, atau bahkan mungkin tidak ada yang akan membacanya di tengah masyarakat yang sudah terbiasa dengan tekhnologi di tangannya.
Para harimau yang tadi kelaparan pun mendadak membisu melihat santapannya sudah tak begitu segar lagi untuk dimakan.
"Kirain nyuri apaaan"
"Orang gila, masa nyuri buku"
Bahkan beberapa harimau menertawakan sang rusa yang tak jadi menjadi santapannya.
.
Ternyata si pencuri bukan tanpa alasan mencuri sebuah buku. Ia merasa orang-orang terlalu sibuk dengan gadgetnya, ia ingin agar orang-orang kembali memegang buku, membaca buku, tidak hanya membaca sosial media saja, maka dengan mencuri, ia ingin agar mereka merasa kehilangan sesuatu. Paling tidak mereka akan peduli terhadap buku.


(Pondok Pinang. 12 April 2019)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

  MELUMRAHKAN PERILAKU ABNORMAL EREN YEAGER DALAM AOT;   PELIK TAPI REALISTIS Jika ada yang mengikuti anime Attack on Titan sedari awal, dari dimulai pertama kali rilis pada 7 April 2013 nampaknya tahun 2022 ini babak akhir anime Attack on Titan semakin terasa dekat, dan sepertinya pertarungan puncak tinggal menunggu waktu untuk  beberapa episode saja. Semakin jelas arah ending dari anime ini dan klimaks perang besar yang akan menanti. Konflik berkepanjangan, rantai kebencian yang diwariskan, peperangan yang tanpa akhir serta peran penguasa yang mendoktrin anak-anak bahwa tidak akan ada fajar selepas pekat menyelimuti semesta seolah menjadikan anime ini begitu tabu untuk dibicarakan, atau sebenarnya menjadi menarik karena terasa begitu dekat dengan kehidupan manusia. Musuh sebenarnya bukanlah Titan yang selama ini memakan manusia, tetapi kebencian yang bersemayam di dalam diri manusia itu sendiri. Bukan hanya sebatas peperangan bangsa eldia melawan Marley, tetapi lebih ...
PERBINCANGAN SEMESTA DI PANTURA SAMPAI IBU KOTA (Oleh Wisnu Adi Pratama) Jarum jam terus berdetak, langkah manusia terus bergerak, setiap sudit Bumi mulai retak. Dunia memang terlalu cepat bergerak sementara kita yang begitu kecil ini terlalu sibuk sendiri untuk beranjak. Sibuk memenuhi ambisi, sibuk bermimpi, sibuk mengejar yang tak pasti, hingga sibuk untuk sekadar menyibukan diri. Bergerak dari satu sisi ke sisi lain untuk kesenangan diri atau mungkin untuk penghidupan diri. Hari itu, sabtu adalah akhir dari liburan lebaran di kampung halaman. Rasanya baru kemarin pulang, tapi keadaan harus membawa kembali beranjak meneruskan petualangan. Pagi itu, seperti biasa terbangun lebih awal dari biasanya, bahkan Ibuku sudah terbangun sebelum jam 03.00 untuk menyiapkan dagangannya. Desa ini memang tak pernah diam, bahkan para ayam pun malu tuk bernyanyi di pagi hari. Setelah shalat subuh, kaki mulai berjalan kepada sudut paling barat Desa yaaitu tempat tak ...
    Kemarin, Hari ini dan Esok Hari dalam Hidup yang Begitu Singkat. “Mimpi seorang anak manusia tidak ada akhirnya”. Itu adalah kalimat yang saya percayai sekarang. Berbicara tentang mimpi, tentu saja setiap anak memiliki mimpi yang berbeda,mimpi masa kecil adalah harta yang berharga dan begitu menyenangkan ketika diucapkan. Tidak heran jika mimpi-mimpi anak kecil begitu tinggi dan serasa seperti mudah sekali untuk didapati. Terlahir di sebuah desa kecil bernama Cikeusal yang terletak di kaki Gunung Kumbang, saya hidup seperti anak-anak pada umumnya. Suatu ketika saat berusia delapan tahun, di sebuah kelas seorang guru menanyakan mimpi dan cita-cita kami waktu itu. Di saat anak-anak lain menjawab ingin menjadi dokter, pilot atau bahkan Presiden, tapi saya menjawab ingin menjadi seorang penulis. Ada beberapa teman saya yang menertawakannya.  Entahlah pada waktu itu mungkin teman-teman saya berfikir bahwa seorang penulis itu hanya orang yang bisa menulis, seperti me...