Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2018
DI BALIK SESUATU YANG VIRAL     Hidup di Zaman Millenial membuat kita kecanduan akan gadget, salah satunya sosial media. Banyak aplikasi sosial media yang nyatanya memberikan pengaruh kepada si pengguna. Saya termasuk juga yang sering bermain sosial media. Whatsupp ,facebook,instagram, twitter, youtube adalah di antara sosial media yang saya ikuti. Dunia maya serasa menjadi ruang untuk kita mencurahkan segala sesuatu, meski memang tidak semua kita curahkan pada sosial media.    Dewasa ini sosial media benar-benar sarana yang sangat pas untuk beberapa orang mencari pasangan, mencari mata pencaharian tambahan bahkan menjadi terkenal atau yang sering disebut ''viral''. Ada banyak orang yang memiliki bakat tapi susah mempublikasikannya, maka sosial media membantunya mewujudkannya. Ada pula orang-orang yang menjadikan diri mereka sebagai model untuk memasarkan produk-produk tertentu (endorse). Bahkan ada pula yang viral karena ketidaksengajaan atau iseng belaka.    Sia
RINDU DI SELA JEDA Pagi ini aku merindukan sabtuku Kini aku telah sampai di setengah jalan Persimpangan antara impian dan kenyataaan Namun Jeda ini terlalu lama Aku takut jeda ini merubah tekad menjadi berkarat Aku takut jeda ini menambah sekat yang dekat Sore itu Senja menampakan pesonanya Aku melihat ada sesuatu yang berbeda Ada dua senja muncul pada semesta Senja yang diberikan Tuhan untuk menghangatkan raga Dan senja yang terpancar dari matanya yang memberikan kenyamanan pada jiwa Sabtu dan senja adalah alasan lain hidupku lebih berwarna Mereka tak perlu seirama Biarkan mereka berjalan dengan caranya menuju satu muara ( Pondok Pinang, 29 Juli 2018 )
Wajah Gelap Manusia Ke mana tanahku ? Kontras Bongkahan beton itu nampak berdiri kokoh  Tepat di antara pemandangan alam sekitar yang ramah Pemuda itu diam sejenak Saat itu dia memandang alam yang tertidur  Atau memang alam itu sebenarnya tak benar-benar terbangun Dia merasa alam sekitarnya sudah ternodai dengan gemerlap kota yang membayangi Kota telah menjadi medan pertempuran  Di mana yang kuat melawan yang lemah  Yang kaya menghisap buah kerja keras mereka yang miskin Beban berat duniawi telah membungkukkan punggung manusia Wajah tipis memperlihatkan bayang-bayang keputusasaan Bayang-bayang yang akan menggelapkan wajah manusia  Dari kecintaan kepada semesta CiptaanNYA (Pantai Indah Kapuk 06 Februari 2018)
Pulanglah Terkadang rindu itu tak tahu tempatnya Sesederhana kau merindukan suara serangga pedesaan Sementara kau berada di antara kemacetan metropolitan Sesederhana kau ingin melihat hamparan sawah-sawah  Sementara kau dikelilingi gedung-gedung nan megah Ah, mungkin sudah waktunya aku tuk sesekali menengok muara asal Kembali bercengkerama dengan alasanku pergi dari rumah Pulanglah.. Tak hanya sebatas mengobati rindu akan kampung halaman Tak hanya sekadar melihat rumah yang jadi tempat melepas lelah Namun ada senyum yang selalu merekah, saat berjumpa kembali dengan mereka yang menjadi penyemangatmu saat jauh dari rumah (Cikeusal 24 Juni 2018)
Pohon yang kehilangan rantingnya Hari itu senja pun enggan menampakan dirinya pada semesta Perlahan para pelayat memainkan sebuah melodi Mengiringi sebuah rasa yang amat pedih dibenak para pemimpi Dia pergi dengan semangat yang tak luntur sama sekali Meski raga tak bersinergi Tapi semangatnya telah menumbuhkan daun-daun di musim semi Kita tak tahu seberapa lama kita akan kehilangan  Atau malah mungkin seberapa cepat kita akan meninggalkan Dari mimpi-mimpi yang terus diwariskan dari mereka yang pergi Tuk terus memotivasi kami yang masih berdir Hari itu pohon memang kehilangan rantingnya Kami pun mulai tesedu atas sebuah pergolakan yang mengingatkan akan penyesalan Angin itu telah merobohkan salah satu ranting impian Namun pohon harus tetap berdiri di musim penghujan sampai kemarau nanti (Pamulang 31 Mei 2018)
Ranah Kelahiran Sesederhana kau merindukan sebesit tawa di kala senja bersama bola Sesederhana kau merindukan suara belalang di sunyi malam sepi Sesederhana kau merindukan mentari bersinar dari ufuk timur hingga menembus dinding-dinding rumah Atau mungkin aroma sawah yang menebarkan udara khas pedesaan  Ranah kelahiran... Selalu jadi tempat yang ramah untuk sekadar singgah  Atau sekadar melepas lelah dari rutinitas yang buat lelah Aku ingin lebih lama di sini menjelajah dari tiap sudut yang dahulu selalu aku singgahi Karena Ranah Kelahiran Selalu memberikan kehangatan akan kenangan-kenangan masa silam Rindu ini akan terus menggebu-gebu Selama aku masih beranjak pergi meninggalkan rumah tuk terus menjelajah Zaman akan terus berubah Manusia akan terus bertambah Tapi ranah kelahiran akan selalu terbuka bagi siapa saja yang ingin menetap di muara terindah  (Cikeusal, 18 Juni 2018)