Langsung ke konten utama

 

MELUMRAHKAN PERILAKU ABNORMAL EREN YEAGER DALAM AOT; PELIK TAPI REALISTIS




Jika ada yang mengikuti anime Attack on Titan sedari awal, dari dimulai pertama kali rilis pada 7 April 2013 nampaknya tahun 2022 ini babak akhir anime Attack on Titan semakin terasa dekat, dan sepertinya pertarungan puncak tinggal menunggu waktu untuk  beberapa episode saja. Semakin jelas arah ending dari anime ini dan klimaks perang besar yang akan menanti.

Konflik berkepanjangan, rantai kebencian yang diwariskan, peperangan yang tanpa akhir serta peran penguasa yang mendoktrin anak-anak bahwa tidak akan ada fajar selepas pekat menyelimuti semesta seolah menjadikan anime ini begitu tabu untuk dibicarakan, atau sebenarnya menjadi menarik karena terasa begitu dekat dengan kehidupan manusia. Musuh sebenarnya bukanlah Titan yang selama ini memakan manusia, tetapi kebencian yang bersemayam di dalam diri manusia itu sendiri. Bukan hanya sebatas peperangan bangsa eldia melawan Marley, tetapi lebih kompleks dengan segala macam kepentingan masing-masing yang ingin saling mengalahkan dan menjadi jatuhkan demi kebenaran yang ada di masing-masing benak mereka. 

Seiring mendekati tahap akhir cerita, justru nampaknya membuat fans Attack on Titan terkotak-kotak serupa animenya yang memunculkan antar kubu— mulai dari fraksi Yeagerian (untuk bangsa Eldia yang setuju dan mendukung perbuatan Eren), pihak Marley yang gagal membalas dendam dan terpaksa dipukul mundur, pihak marley yang mendukung Zeke Yeager dan membelot kepada Marley, dan poros tengah, yang antara lain disin oleh Armin dan kawan-kawan yang masih bingung dengan situasi dan keadaan yang terjadi.

Poros tengah ini sebenarnya orang-orang yang masih percaya bahwa segala sesuatu bisa diselesaikan dengan jalur diplomasi, sekalipun kemungkinan itu haya 1%. Ya, memang seharusnya sebagai manusia, selama masih ada kemungkinan, selama itu juga masih ada harapan.

Sejak rumbling berhasil dilakukan oleh Eren Yeager atau sejak kekuatan founding Titan berhasil dikuasai oleh Eren Yeager, para penonton mulai menerka bahwa tokoh utama dalam anime ini apakah antagonis atau protagonis ? Rumbling diartikan dalam anime ini adalah guncangan tanah, atau membuat gemuruh dengan membangkitkan seluruh Titan yang mengelilingi tembok yang selama ini tertidur. Tentunya ada syarat untuk mengaktifkan rumbling.

Eren Yeager yang tidak memiliki garis keturunan kerajaan berhasil mendapatkan kekuatan Founding Titan dari Ayahnya, namun itu tidaklah cukup untuk mengaktifkan kekuatan sebenarnya founding Titan, Eren membutuhkan seorang dengan garis keturunan kerajaan. Setelah memanfaatkan saudaranya, yaitu Zeke Yeager yang memiliki garis keturunan kerajaan, kekuatan founding Titan berhasil dikuasai Eren Yeager.

Setelah memiliki kekuatan dan kekuasaan, manusia akan cenderung memperlihatkan sifat aslinya, termasuk juga terlihat jelas tujuan utama Eren Yeager, yaitu untuk memusnahakna seluruh umat manusia di luar tembok.

Jika menengok flashback jauh ke belakang, kehidupan Eren Yeager memang tidak mudah untuk dilalui, dengan rasa trauma sejak kecil melihat Ibunya dimakan di depan matanya sendiri, yang akhirnya memunculkan dendam kepada para Titan, serta memiliki akumulasi kebencian kepada para Titan serta seluruh umat manusia di luar tembok yang menyebabkan kehidupannya yang tadinya damai menjadi tragis, dan kecintaannya kepada bangsa eldia dan tanah kelahirannya, seharusnya bagi orang dewasa memang banyak memaklumi perilaku abnormal Eren Yeager.

Alur cerita anime ini memang terlihat tidak bisa daripada anime-anime kebanyakan, Hajime Isayama sebagai penulis seolah menggiring penonton untuk melalui lika-liku kehidupan seorang yang keras, penuh kekerasan, serta yang menjadikannya tokoh utama tumbuh dengan bertemankan kebencian. Sehingga para penonton secara tidak langsung disamping ikut merasakan kebencian yang dirasakan tokoh utama, dan melumrahkan segala perilaku abnormal tokoh utama yang dilakukan.

Trauma berkaitan erat dengan pengalaman yang dilalui seseorang yang bersifat psikis hingga berdampak pada dirinya sekarang dan masa depan. Trauma masa kecil Eren Yeager yang berdampak pada psikisnya ini secara langsung membentuk kepribadiannya.

Jika ditinjau dari psikologi Carls Gustav Jung yang menyatakan kepribadian mencakup keseluruhan pikiran, perasaan, tingkahlaku, kesadaran dan ketidaksadaran. Penyebab perilaku abnormal Eren Yeager dipengaruhi oleh kesadaran (alam sadar) yang rasional, mempergunakan perasaan dalam melakukan sesuatu. Sementara ketidaksadaran (alam tak sadar) Eren Yeager yang diperoleh oleh individu selama hidup. Meliputi hal-hal terdesak atau tertekan dan hal-hal yang terlupakan, teramati, terpikirkan dan terasa di bawah ambang kesadaran. Bagian terbesar ketaksadaran pribadi ini mudah dimunculkan ke kesadaran, yaitu ingatan yang sewaktu-waktu dapat dimunculkan ke kesadaran.

Adapun faktor lain yang mempengaruhi perilaku abnormal Eren Yeager Antara lain faktor Endogen  dan faktor Eksogen. Faktor Endogen adalah faktor genetis atau bawaan, yang merupakan bawaan sejak lahir dan merupakan pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki salah satu kedua orang tuanya atau bisa juga gabungan sifat orang tuanya. Sementara faktor Eksogen adalah faktor yang berasal dari luar orang tersebut, bisa dari lingkungan, bisa dari pengalaman, pendidikan dan alam sekitar.

Seharusnya dengan segala hal yang sudah dilalui Eren Yeager, dengan trauma yang membentuk kepribadian dan faktor pembentukan kepribadian lainnya baik dari dalam dan dari luar, perilaku abnormal yang dilakukan Eren Yeager adalah hal bisa terjadi, dan bisa menimpa siapa saja bagi setiap manusia. 

Kita mungkin bisa memaklumi perilaku Eren Yeager hingga berbuat demikian melihat latar belakang kehidupan yang sudah dilaluinya sedari kecil, karena memang bisa jadi bahwa Eren dewasa adalah akumulasi dari kebencian yang dipendam, kekecewaan yang mendalam terhadap dunia yang kejam, serta kecintaan yang berlebihan terhadap bangsa dan tanah kelahiran. Akan tetapi satu hal yang pasti, sebagai seorang manusia tidak ada yang membenarkan genosida yang dilakukan oleh ErenYeager, dengan dalih apapun. Sekalipun mengatasnamakan perdamaian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERBINCANGAN SEMESTA DI PANTURA SAMPAI IBU KOTA (Oleh Wisnu Adi Pratama) Jarum jam terus berdetak, langkah manusia terus bergerak, setiap sudit Bumi mulai retak. Dunia memang terlalu cepat bergerak sementara kita yang begitu kecil ini terlalu sibuk sendiri untuk beranjak. Sibuk memenuhi ambisi, sibuk bermimpi, sibuk mengejar yang tak pasti, hingga sibuk untuk sekadar menyibukan diri. Bergerak dari satu sisi ke sisi lain untuk kesenangan diri atau mungkin untuk penghidupan diri. Hari itu, sabtu adalah akhir dari liburan lebaran di kampung halaman. Rasanya baru kemarin pulang, tapi keadaan harus membawa kembali beranjak meneruskan petualangan. Pagi itu, seperti biasa terbangun lebih awal dari biasanya, bahkan Ibuku sudah terbangun sebelum jam 03.00 untuk menyiapkan dagangannya. Desa ini memang tak pernah diam, bahkan para ayam pun malu tuk bernyanyi di pagi hari. Setelah shalat subuh, kaki mulai berjalan kepada sudut paling barat Desa yaaitu tempat tak ...
    Kemarin, Hari ini dan Esok Hari dalam Hidup yang Begitu Singkat. “Mimpi seorang anak manusia tidak ada akhirnya”. Itu adalah kalimat yang saya percayai sekarang. Berbicara tentang mimpi, tentu saja setiap anak memiliki mimpi yang berbeda,mimpi masa kecil adalah harta yang berharga dan begitu menyenangkan ketika diucapkan. Tidak heran jika mimpi-mimpi anak kecil begitu tinggi dan serasa seperti mudah sekali untuk didapati. Terlahir di sebuah desa kecil bernama Cikeusal yang terletak di kaki Gunung Kumbang, saya hidup seperti anak-anak pada umumnya. Suatu ketika saat berusia delapan tahun, di sebuah kelas seorang guru menanyakan mimpi dan cita-cita kami waktu itu. Di saat anak-anak lain menjawab ingin menjadi dokter, pilot atau bahkan Presiden, tapi saya menjawab ingin menjadi seorang penulis. Ada beberapa teman saya yang menertawakannya.  Entahlah pada waktu itu mungkin teman-teman saya berfikir bahwa seorang penulis itu hanya orang yang bisa menulis, seperti me...