Langsung ke konten utama
PERBINCANGAN SEMESTA DI PANTURA SAMPAI IBU KOTA
(Oleh Wisnu Adi Pratama)





Jarum jam terus berdetak, langkah manusia terus bergerak, setiap sudit Bumi mulai retak. Dunia memang terlalu cepat bergerak sementara kita yang begitu kecil ini terlalu sibuk sendiri untuk beranjak. Sibuk memenuhi ambisi, sibuk bermimpi, sibuk mengejar yang tak pasti, hingga sibuk untuk sekadar menyibukan diri. Bergerak dari satu sisi ke sisi lain untuk kesenangan diri atau mungkin untuk penghidupan diri.

Hari itu, sabtu adalah akhir dari liburan lebaran di kampung halaman. Rasanya baru kemarin pulang, tapi keadaan harus membawa kembali beranjak meneruskan petualangan. Pagi itu, seperti biasa terbangun lebih awal dari biasanya, bahkan Ibuku sudah terbangun sebelum jam 03.00 untuk menyiapkan dagangannya. Desa ini memang tak pernah diam, bahkan para ayam pun malu tuk bernyanyi di pagi hari.

Setelah shalat subuh, kaki mulai berjalan kepada sudut paling barat Desa yaaitu tempat tak berpenghuni. Di sana hanya ada kedamaian abadi dan sang primadona baru di Desa yaitu Sang Embung. Pagi itu dimulai dengan bertegur sapa dengan mentari di Embung Desa. Di sela-sela kesibukan Desa, hadirnya Sang mentari cukup menyejukan hati. Kami tidak terlalu lama, sebelum ia pergi pamit sebentar dan berjanjji akan kembali lagi esok hari.

Hari itu, dimulai dengan rasa yang berkecamuk dalam diri. Rasa nyaman akan kampung halaman menahan diri tuk pergi, sebuah rindu yang tak kunjung reda akan ranah tercinta terlalu menggebu.Tapi apa daya, kaki harus melangkah kembali, perjalanan belum dituntaskan, mimpi harus terus dilanjutkan, dan asa harus tetap dijaga.

Perjalanan kali ini, kembali menggunakan roda dua untuk melintasi pantura. Tentu saja sebelum berangkat, harus mempersiapkan segalanya. Selain mempersiapkan Merry (nama motor saya) dalam kondisi terbaik, mempersipkan kondisi badan saya juga yang utama.

Sebelum dzuhur, saya sempat membawa Merry ke bengkel terdekat, ternyata harus mengganti bagian ban karena sudah terlihat agak botak di ban depannya. Akhirnya perjalanan dimulai sehabis dzuhur, bersama teman saya (Ma Amin), kami membawa kendaraan masing-masing. Alasan melakukan perjalanan sehabis dzuhur adalah karena biasanya jalanan belum terlalu ramai dari arah timur, atau sebagain pengendara yang dari Jawa Tengah atau Jawa Timur sedang istirahat di jam-jam segitu. Dan momment seperti itu adalah keadaan terbaik untuk tancap gas. Hehe

Perlahan Senja menyapa kami di Pantura, suasana mulai dipenuhi para pencari kepingan rezeki. Ia tahu mereka akan melakukan perjalanan panjang yang menguras tenaga. Hadirnya yang sebentar saja cukup mempesona. Sebelum pergi, ia berkata,
“perjalanan masih panjang, nikmatilah dengan riang gembira”.

Tiba saatnya Senja berpamitan, sebelum pamit didatangkannya Bulan sabit sebagai pengganti yang akan menemani. Sang Bulan tampak khawatir melihat mulai riuh dan sesak para manusia di Cikampek sampai Karawang, tak lupa ia pun memberikan salam sambil berkata pada mereka,
"Jaga Keselamatan, tak usah terburu-buru karena tujuanmu sampai dengan selamat lebih penting daripada semuanya"


Beberapa jiwa yang sudah mencapai batasnya, bahkan tertidur pulas dengan beralaskan jalanan kota. Ada yang tetap memaksa sebelum ujungnya tumbang dengan sendirinya. Manusia memang suka begitu, sebelum mencapai batasnya, mereka akan terus merasa kuat tuk menaklukan apapun di depan mata. Beberapa kecelakan yang terjadi itu akibat mereka yang memaksakan diri saat kondisi sudah tak lagi bersinergi.

Waktu menunjukan pukul 23.00 Dan nampaknya rasa lelah hampir mencapai puncaknya, aku terpisah dengan temanku setelah melewati harry potter jalanan di subang. Tak ada pilihan lain selain terus melanjutkan perjalanan sambil berharap nanti pas istirahat saling memberi kabar sudah berada di mana, karena sendirian saat arus mudik atau arus balik itu tidak begitu mengenakan. Mata semakin berat untuk membuka diri, aku putuskan untuk mencari mesjid untuk tempat beristirahat. Beberapa KM tak kunjung juga menemukan mesjid, di beberapa POM bensin pun penuh sesak oleh para manusia yang sedang beristirahat. 

Akhirnya sekitar pukul 24.00 menenukan mesjid di daerah karawang setelah cukup padat kendaraan. Aku merebahkan badan di antara puluhan pengendara yang kelelahan sepertiku. Rasanya mata baru saja terpejam tetapi pas aku lihat jam ternyata sudah menunjukan pukul 03.00 WIB. Sepertinya lumayan lama aku beristirahat, dan sudah saatnya meneruskan perjalanan.

Melanjutkan perjalanan dari mesjid di Karawang setelah minum secangkir kopi membuat mataku lebih segar dari sebelumnya. Prediksiku nanti akan beristirahat kembali saat shalat subuh. Aku dan merry kembali melanjutkan perjalanan, angin dingin pagi hari mulai terasa lebih kencang dari sebelumnya. Aku sudah berada di Cikarang setelah berjalan dari mesjid di Karawang tadi. Rasanya aku belum mendengar adzan subuh, jadi perjalanan masih berlanjut.

Kumandang adzan terdengar saat aku sudah mencapai Tambun, aku harus segara mencari mesjid terdekat. Tapi agak susah mencari mesjid yang tepat berada di pinggir jalan di daerah ini. Terlihat ada mesjid di seberang jalan, dan para jamaahnya pun mulai berdatangan. Aku tidak menemukan arah putar balik untuk shalat di seberang jalan. Akhirnya aku dan merry mencari POM bensin terdekat saja. 

POM bensin di daerah tambun di penuhi beberapa pengendara motor untuk beristirahat. Aku menghentikan perjalanan pukul 05.00 di POM bensin yang tidak terlalu besar, karena biasanya lebih sedikit pengendara yang beristirahatnya. Alhamdulillah.. di sana ada mushola yang tidak terlalu besar tapi muat untuk beberapa jamaah yang ingin menjalankan shalat subuh dan pengendara yang ingin beristirahat.

Setelah beristirahat untuk shalat subuh, aku memakan beberapa makanan ringan sebelum memulai kembali perjalanan. Sambil menikmati pemandangan sekitar, terlihat beberapa orang yang menjajakan sayuran di antara pasar. Aroma mentari pagi sudah terasa dan aku harus kembali bergegas untuk menyapanya. perlahan Kilauan sinar mentari mendadak mengilangkan rasa dingin yang menusuk sedari pagi buta. Terasa hangat, terasa sejuk dan tentu saja terasa bersemangat.


Dan tiba saatnya memasuki perbatasan Ibu Kota, akhirnya ia kembali menampakan diri. Sang Mentari menepati janji, ia kembali dengan pesona yang sama meski suasana yang berbeda dari sebelumnya. Ia hadir di antara beton-beton yang menjulang cakrawala Ibu Kota. Namun senyumannya cukup menentramkan beberapa jiwa yang berselimut luka. Hingga menghilangkan rasa lelah setelah perjalanan di pantura.


(Pondok Pinang, 10 Juni 2019)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

CARA LAIN MENIKMATI LUKA DALAM NOVEL TUHAN, IZINKAN AKU MENJADI PELACUR KARYA MUHIDIN M DAHLAN Seseorang dapat berubah kapan pun, dan dia akan menyadari apa yang akan menjadi keputusannya menjelang kematiannya. Meskipun ada beberapa dari mereka yang meninggal sebelum merubahnya. Semalaman saya membaca buku ini. Buku berjudul "Tuhan, izinkan ku menjadi pelacur!" karya Muhidin M Dahlan atau akrab dipanggil Gusmuh. Buku ini merupakan fiksi yang bahan bakunya sepenuhnya diambil dari kisah nyat a dan wawancara mendalam beberapa pekan. Menurut saya novel ini bisa dikaji lebih dalam dengan menggunakan kajian feminisme, psikologi sastra, sosiologi satra, karena ini cukup menarik untuk dikaji lebih dalam. "Setiap pengarang adalah pembohong; Tapi kebohongan mereka adalah kebohongan yang kreatif, kebohongan yang dinikmati. Bukan kebohongan sebagaimana terdefinisi dalam Kredo teologi yang harus disundut dengan dosa dan ancaman neraka." - Muhidin M Dahlan kepada pembacanya. Di b
  APALAH ARTI SEBUAH NAMA , YANG TERPENTING BERAGAMA DENGAN JENAKA ALA PAMAN TAT Ilustrasi oleh @Hujandiberanda   Jauh sebelum maraknya drama korea yang tengah digemari oleh sebagian warga negara Indonesia belakangan ini. Di era 90-an sampai awal 2000-an, sejatinya bangsa Indonesia sudah sangat gemar menonton film-film dari asia; terutama Hong kong dan China. Untuk anak-anak yang terlahir di masa 90-an, hari libur mereka penuh dengan tontonan dari dunia perfilman hong kong—yang kebanyakan bertemakan kunfu atau shoalin. Film-film Asia timur ini melahirkan aktor-aktor yang melekat di benak warga Indonesia, di antaranya film-film yang terbaik sepanjang masa yang menemani waktu lliburan sekolah, seperti Shaolin Popeye (1994), Trouble Maker (1995), Ten Brother (1995) , hingga Shaolin Soccer (2001) yang memulai abad 21-an dan banyak film mandarin lai n nya. Selain film mandarin yang digemari, aktor-aktor pemeran pun taka kalah luput dari bomingnya film mandarin di Indonesia. Se
RINDU DI SELA JEDA Pagi ini aku merindukan sabtuku Kini aku telah sampai di setengah jalan Persimpangan antara impian dan kenyataaan Namun Jeda ini terlalu lama Aku takut jeda ini merubah tekad menjadi berkarat Aku takut jeda ini menambah sekat yang dekat Sore itu Senja menampakan pesonanya Aku melihat ada sesuatu yang berbeda Ada dua senja muncul pada semesta Senja yang diberikan Tuhan untuk menghangatkan raga Dan senja yang terpancar dari matanya yang memberikan kenyamanan pada jiwa Sabtu dan senja adalah alasan lain hidupku lebih berwarna Mereka tak perlu seirama Biarkan mereka berjalan dengan caranya menuju satu muara ( Pondok Pinang, 29 Juli 2018 )