Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2017
ZAMAN INI MENDEKATI BATASNYA (Oleh Pratamawisnuadi) Mata mereka (dunia) bisa dipejamkan Telinga mereka (dunia) bisa ditulikan Mulut mereka (dunia) bisa dibisukan Kemanakah media-media itu saat ada banyak duka di sebagian negeri saudara kami Kemanakah PBB saat pelanggaran kemanusiaan nampak jelas dipermukaan Tak cukupkah seorang Salahuddin yang membebaskan Jerussalem? Kenapa sekarang mereka ingin memenjarakannya kembali? Apakah kalian tak geram melihat fenomena belakangan ini? Lantas sudah berbuat apa kalian tuk saudara sesama manusia dan seagama kita? Jika kalian tak dapat mengangkat senjata dengan kedua tangan Kenapa pula kalian tak menadahkan tangan kalian tuk meminta pertolongan kepadaNYA Satu hal yang pasti tentang Jerussalem dan sebagian negeri Syam ini Tentang zaman ini yang mendekati batasnya Tentang tanda-tanda akhir sudah yang nampak jelas seperti yang disabdakan oleh sang baginda kita Lantas mengapa diri ini masih terlena akan dunia Padahal bekal kita masih sangat dangkal
KAPAN KITA TERSADAR ? (Oleh Pratamawisnuadi) Ketika aku membuka kedua mata dari tidurku Yang terpikirkan hanyalah apalagi yang bisa diambil dari negeri ini Negeri yang Dikaruniai segalanya dari Yang Maha Kuasa Bahkan katanya tongkat,kayu dan batu pun bisa jadi tanaman dibuatnya Ketika mataku hamipr terlelap Muncul kembali pertanyaan di benak ini Tentang bagaimana menjaga rupiahku agar tak di ambil orang Inilah aku… Manusia yang hidup dengan angan dan nafsu yang tak ada habisnya Aku hanyalah potret yang mewakili sebagian penghuni semesta Namun aku lupa Bumi pun ternyata bisa terluka Ia bisa menangis layaknya manusia Aku mengeluh akan datangnya bencana  Padahal bencana ini karena siapa? Kapan kita tersadar? Ini bukan karena dia atau mereka Namun ini semua karena diri ini sudah terbuai akan dunia Sehingga lupa tuk menjaga dan memelihara semesta ciptaanNYA (Wr. Buncit 29 November 2017)
DIA DAN HUJAN (Oleh Pratamawisnuadi) Tepat setelah tetesan hujan membasahi semesta Aku sempat memejamkan mata diantara tetesan hujan yang membasuh muka Kali ini Aku melihat dengan pandangan berbeda Tentang hujan yang mengguyur wajah ibu kota Aku tak lagi membenci hujan yang pernah mengingatkanku akan luka Tak perlu menunggu pelangi sekadar mengembalikan tersenyum Ada hal yang tak kalah indah bersama tiap tetesan hujan Semenjak hari itu… Semenjak perkenalanku dengan dia Dia yang mengajarkanku tuk bisa menikmati hujan layaknya menikmati senja Dia yang mengajarkanku tentang sebuah kesederhanaan Bahwa sesuatu yang sederhana pun bisa berkilauan Bahwa hidup tak melulu memikirkan tentang keresahan Dia dan hujan membuka lembaran cerita seorang anak manusia Dia dan hujan adalah pemberian Tuhan tuk manusia yang penuh dengan keresahan akan dunia Siapa sangka… Kesederhanaan adalah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang berkecampuk dalam jiwa Dan