Langsung ke konten utama



Setiap orang tua pastinya ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya. Setiap orang tua menginginkan anaknya tumbuh dengan harapannya. Tidak ada orang tua yang tega melihat anaknya kekurangan dalam hal apapun, namun tidak semua dapat diberikan dengan materi. Salah satunya adalah rasa percaya diri.
.
Beberapa anak tumbuh dengan rasa tidak percaya diri, bukan karena semata rasa itu dibawanya sejak lahir tetapi kadang lingkungan juga sangatlah berpengaruh. Misalnya dalam sebuah lingkungan yang memberikan seorang anak label sebagai anak pintar hanya karena jago matematika, maka beberapa anak yang tidak begitu menyukai matematika akan menimbulkan rasa tidak percaya diri. Dan dalam jangka panjang kalau ia tidak bisa menemukan sesuatu yang akan menjadi mommentumnya untuk berkembang maka selama itu pula ia akan dihantui dengan rasa tidak percaya diri saat beberapa orang tua membandingkan kepintaran seorang anak hanya dari jago matematika.
.
Einstein bernah berkata, " Setiap anak pada dasarnya adalah jenius. Tapi kalau kamu menilai seorang ikan dari cara ia memanjat pohon maka ikan itu akan tampak bodoh seumur hidupnya". Artinya memang setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda, jangan pernah sama ratakan kemampuan seorang anak.
.
Dan sebenarnya ini juga salah satu PR terbesar dalam dunia pendidikan kita untuk melihat potensi anak, masalahnya kita sudah dididik untuk berkompetisi sedari dini, angka-angka sudah dijadikan tujuan dalam belajar anak. Sampai kita melupakan hal yang substansial dari sebuah pendidikan. Padahal mungkin saja ada beberapa anak yang memiliki potensi dalam hal yang lebih luas daripada hanya pintar dalam matematika atau bahasa inggris. Seperti yang saya alamai dan beberapa anak lainnya mungkin ketika menghadapi puncak kompetisi itu adalah dihadapkan dengan sebuah ujian nasional. Terus terang saja, saya termasuk orang yang paling tidak menyukai UN. Karena kami belajar begitu banyak pelajaran tetapi yang akan menentukan kami adalah beberapa mata pelajaran. Dan sialnya beberapa pelajaran itu tidak disukai oleh beberapa anak.
.
Kembali lagi pada pembahasan anak. Lantas bagaimana peran orang tua agar bisa memberikan kepercayaan diri kepada anak? 
Menurut saya, kuncinya untuk orang tua bisa memberikan kepercayaan diri kepada anak dengan hal paling mendasar, yaitu mengenali minat anak sedari dini. Anak tidak perlu jago matematika seperti anak-anak yang jadi perbincangan orang tuanya, anak tidak perlu juga bahasa inggris hanya karena ingin terlihat keren di sekolahannya, tetapi kembangkanlah apa yang menjadi minat anak kita. Mungkin saja dia minat dalam hal seni, mungkin saja dia minat dalam sejarah, mungkin saja dia minat akan dunia yang selama ini kita tidak memahaminya. Hanya saja kita kurang peka, kurang memperhatikan sampai ke arah sana dan terbawa oleh arus dalam mendidik anak sehingga kita melupakan bahwa anak kita bisa hidup dengan apa yang diminatinya bukan apa yang dituntut orang tuanya.
.
Selamat Hari anak Nasional, 23 Juli 2019.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

  MELUMRAHKAN PERILAKU ABNORMAL EREN YEAGER DALAM AOT;   PELIK TAPI REALISTIS Jika ada yang mengikuti anime Attack on Titan sedari awal, dari dimulai pertama kali rilis pada 7 April 2013 nampaknya tahun 2022 ini babak akhir anime Attack on Titan semakin terasa dekat, dan sepertinya pertarungan puncak tinggal menunggu waktu untuk  beberapa episode saja. Semakin jelas arah ending dari anime ini dan klimaks perang besar yang akan menanti. Konflik berkepanjangan, rantai kebencian yang diwariskan, peperangan yang tanpa akhir serta peran penguasa yang mendoktrin anak-anak bahwa tidak akan ada fajar selepas pekat menyelimuti semesta seolah menjadikan anime ini begitu tabu untuk dibicarakan, atau sebenarnya menjadi menarik karena terasa begitu dekat dengan kehidupan manusia. Musuh sebenarnya bukanlah Titan yang selama ini memakan manusia, tetapi kebencian yang bersemayam di dalam diri manusia itu sendiri. Bukan hanya sebatas peperangan bangsa eldia melawan Marley, tetapi lebih ...
PERBINCANGAN SEMESTA DI PANTURA SAMPAI IBU KOTA (Oleh Wisnu Adi Pratama) Jarum jam terus berdetak, langkah manusia terus bergerak, setiap sudit Bumi mulai retak. Dunia memang terlalu cepat bergerak sementara kita yang begitu kecil ini terlalu sibuk sendiri untuk beranjak. Sibuk memenuhi ambisi, sibuk bermimpi, sibuk mengejar yang tak pasti, hingga sibuk untuk sekadar menyibukan diri. Bergerak dari satu sisi ke sisi lain untuk kesenangan diri atau mungkin untuk penghidupan diri. Hari itu, sabtu adalah akhir dari liburan lebaran di kampung halaman. Rasanya baru kemarin pulang, tapi keadaan harus membawa kembali beranjak meneruskan petualangan. Pagi itu, seperti biasa terbangun lebih awal dari biasanya, bahkan Ibuku sudah terbangun sebelum jam 03.00 untuk menyiapkan dagangannya. Desa ini memang tak pernah diam, bahkan para ayam pun malu tuk bernyanyi di pagi hari. Setelah shalat subuh, kaki mulai berjalan kepada sudut paling barat Desa yaaitu tempat tak ...
    Kemarin, Hari ini dan Esok Hari dalam Hidup yang Begitu Singkat. “Mimpi seorang anak manusia tidak ada akhirnya”. Itu adalah kalimat yang saya percayai sekarang. Berbicara tentang mimpi, tentu saja setiap anak memiliki mimpi yang berbeda,mimpi masa kecil adalah harta yang berharga dan begitu menyenangkan ketika diucapkan. Tidak heran jika mimpi-mimpi anak kecil begitu tinggi dan serasa seperti mudah sekali untuk didapati. Terlahir di sebuah desa kecil bernama Cikeusal yang terletak di kaki Gunung Kumbang, saya hidup seperti anak-anak pada umumnya. Suatu ketika saat berusia delapan tahun, di sebuah kelas seorang guru menanyakan mimpi dan cita-cita kami waktu itu. Di saat anak-anak lain menjawab ingin menjadi dokter, pilot atau bahkan Presiden, tapi saya menjawab ingin menjadi seorang penulis. Ada beberapa teman saya yang menertawakannya.  Entahlah pada waktu itu mungkin teman-teman saya berfikir bahwa seorang penulis itu hanya orang yang bisa menulis, seperti me...