Pemikiran R.A Kartini Yang Mengubah Peran Perempuan Indonesia
(Oleh Wisnu Adi Pratama )
(Oleh Wisnu Adi Pratama )
''Tubuh bisa terpasung tapi jiwa dan pemikiran harus terbang sebebas-bebasnya''. Itu adalah salah satu kata-kata R.A Kartini yang sangat melekat pada masa itu, bukannya tanpa alasan ia berkata seperti itu. Karena pada kisaran tahun 1890 perempuan di Indonesia dilahirkan hanya sebatas menunggu waktu untuk dinikahi calon suaminya kelak. Entah itu dijadikan istri pertama, kedua atau ketiga.Tradisi yang sangat membatasi kaum perempuan untuk bisa mengenal dunia luar, mengenyam pendidikan bahkan memilih pasangan hidupnya. Hal itu membuat pemikiran perempuan pribumi jauh tertingal atau malah status sosila perempuan cukup rendah kala itu.
R.A Kartini muncul dengan pemikiran yang sangat kontras pada masa itu, meski berada di rumah atau dalam tradisi masa itu disebut ''pingitan''. tapi Kartini aktif dalam melakukan korespondensi atau surat menyurat dengan temannya yang berada di Belanda, sebab ia juga fasih dalam berbahasa Belanda. Kepada Estelle Stella Zeehandelar, aktifis feminis dari Belanda yang menjadi sahabat pena pertamanya, Kartini menceritakan betapa putus asa ia menjalani pingitan yang mengerikan. Perlahan ia menyudahi keputusasaan dan tangisannya tiada berguna, belakangan ia bersyukur karena pingitan membuatnya meneruskan kegemarannya sedari kecil yaitu membaca. Di sinilah kemudian Kartini mulai tertarik dengan pola pikir perempuan Eropa, hingga ia berpikir untuk memajukan perempuan Indonesia, bahwa perempuan pun berhak memperoleh kesamaan, kebebasan serta kesetaraan seperti halnya laki-laki . Mengubah tradisi memang sulit dilakukan namun bukan berarti tidak bisa dilakukan.
Pendidikan adalah satu-satunya cara mengubah pemikiran perempuan-perempuan pada masa itu , ia percaya dengan dibekali pendidikan maka perempuan-perempuan Indonesia akan memiliki status sosial yang lebih baik. Ia percaya perubahan zaman pasti akan terjadi, maka pemikiran pun pasti akan berkembang. Berkat perjuangannya kemudian pada tahun 1912 berdirilah sekolah wanita oleh yayasan Kartini di Semarang.
Seiring perkembangan zaman hingga kini memasuki generasi milenial , ketika berbicara tantang emansipasi perempuan sudah tidak asing lagi di Negeri ini. Sekarang perempuan memiliki peran dalam berbagai hal, perempuan dapat mengenyam pendidikan tanpa batasan, perempuan dapat mengambil alih peran lelaki dalam berbagai bidang pekerjaan, atau bahkan perempuan pun ada yang menjadi pemimpin. Itu semua tak akan terjadi andai pemikiran Kartini masih terpenjarakan.
Komentar
Posting Komentar