Langsung ke konten utama
Merayakan keserampangan dengan Elegan
pada Buku Lelaki Harimau karya Eka Kurniawan


Salah satu keliaran Eka Kurniawan benar-benar mengasikan untuk dibaca terus menerus. Termasuk dalam salah satu karyanya, sebuah Novel berjudul Lelaki Harimau yang sangat kaya akan cerita Nusantara, termasuk salah satunya mengangkat unsur klenik yang menjadi ketika dikemas sedemikian rupa oleh penulis sehingga bagi pembaca melumrahkan hal yang tidak biasa demikian adanya.

Lagi, dan lagi; Eka Kurniawan sangat pandai dalam menciptakan tokoh yang memiliki karakter sangat suka dan berbeda. Termasuk tokoh Margio dalam novel Lelaki Harimau yang sangat menarik dan misterius.

Bagaimana tidak, pembaca benar-benar diajak berimajinasi dengan karakteristik tokoh-tokoh di dalam novel ini. Jelas sekali beberapa tokoh tampak begitu kuat karakternya, seolah merupakan representasi manusia dengan penuh lika-liku di dalamnya yang tidak pernah sama. Tidak ada yang benar-benar normal untuk sebuah tolok-ukur kenormalan itu sendiri. Artinya melumrahkan abnormal pun bisa semenarik ini. Tentunya akan lebih menarik untuk dikaji lebih dalam dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra.

Beberapa tokoh yang unik dan saling terhubung satu sama lain seolah dengan gamblang menguak kekayaan alur cerita di dalam novel ini yang sangat apik terhubung. Saya begitu menikmati setiap alur maju-mundur dari cerita novel ini; Dan ini khas hanya dimilik Eka Kurniawan.

Diksi-diksi yang keluar dari setiap lembar cerita sangat lihai, sarkasme dan terkadang satire meski menggambarkan hal yang sederhana, bahkan ketika sastra serampangan itu nampak disuguhkan dengan cara sangat-sangat vulgar pun, ia tetap dikemas menarik sehingga tetap terlihat elegan.

Salah satu adegan dalam cerita ini yang seharusnya sebagai pembaca, saya menggelengkan kepala karena itu benar-benar di luar kewajaran tetapi di sini saya ikut merayakannya. Sial, saya ikut larut merayakannya.

Tidak semua penulis bisa melakukan hal tersebut, jelas ini hanya penulis-penulis hebat saja yang dapat melakukannya. Salah satunya Eka Kurniawan yang dapat mengangkat hal yang tabu, menciptakan tokoh yang sangat kuat karakternya, memainkan alur cerita dan menyelipkan pesan moral dan makna-makna kehidupan dalam plot cerita.
#Reviewbuku
#LelakiHarimau

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CARA LAIN MENIKMATI LUKA DALAM NOVEL TUHAN, IZINKAN AKU MENJADI PELACUR KARYA MUHIDIN M DAHLAN Seseorang dapat berubah kapan pun, dan dia akan menyadari apa yang akan menjadi keputusannya menjelang kematiannya. Meskipun ada beberapa dari mereka yang meninggal sebelum merubahnya. Semalaman saya membaca buku ini. Buku berjudul "Tuhan, izinkan ku menjadi pelacur!" karya Muhidin M Dahlan atau akrab dipanggil Gusmuh. Buku ini merupakan fiksi yang bahan bakunya sepenuhnya diambil dari kisah nyat a dan wawancara mendalam beberapa pekan. Menurut saya novel ini bisa dikaji lebih dalam dengan menggunakan kajian feminisme, psikologi sastra, sosiologi satra, karena ini cukup menarik untuk dikaji lebih dalam. "Setiap pengarang adalah pembohong; Tapi kebohongan mereka adalah kebohongan yang kreatif, kebohongan yang dinikmati. Bukan kebohongan sebagaimana terdefinisi dalam Kredo teologi yang harus disundut dengan dosa dan ancaman neraka." - Muhidin M Dahlan kepada pembacanya. Di b
  APALAH ARTI SEBUAH NAMA , YANG TERPENTING BERAGAMA DENGAN JENAKA ALA PAMAN TAT Ilustrasi oleh @Hujandiberanda   Jauh sebelum maraknya drama korea yang tengah digemari oleh sebagian warga negara Indonesia belakangan ini. Di era 90-an sampai awal 2000-an, sejatinya bangsa Indonesia sudah sangat gemar menonton film-film dari asia; terutama Hong kong dan China. Untuk anak-anak yang terlahir di masa 90-an, hari libur mereka penuh dengan tontonan dari dunia perfilman hong kong—yang kebanyakan bertemakan kunfu atau shoalin. Film-film Asia timur ini melahirkan aktor-aktor yang melekat di benak warga Indonesia, di antaranya film-film yang terbaik sepanjang masa yang menemani waktu lliburan sekolah, seperti Shaolin Popeye (1994), Trouble Maker (1995), Ten Brother (1995) , hingga Shaolin Soccer (2001) yang memulai abad 21-an dan banyak film mandarin lai n nya. Selain film mandarin yang digemari, aktor-aktor pemeran pun taka kalah luput dari bomingnya film mandarin di Indonesia. Se
RINDU DI SELA JEDA Pagi ini aku merindukan sabtuku Kini aku telah sampai di setengah jalan Persimpangan antara impian dan kenyataaan Namun Jeda ini terlalu lama Aku takut jeda ini merubah tekad menjadi berkarat Aku takut jeda ini menambah sekat yang dekat Sore itu Senja menampakan pesonanya Aku melihat ada sesuatu yang berbeda Ada dua senja muncul pada semesta Senja yang diberikan Tuhan untuk menghangatkan raga Dan senja yang terpancar dari matanya yang memberikan kenyamanan pada jiwa Sabtu dan senja adalah alasan lain hidupku lebih berwarna Mereka tak perlu seirama Biarkan mereka berjalan dengan caranya menuju satu muara ( Pondok Pinang, 29 Juli 2018 )