APALAH
ARTI SEBUAH NAMA, YANG TERPENTING BERAGAMA DENGAN JENAKA ALA PAMAN TAT
Ilustrasi oleh @Hujandiberanda
Jauh
sebelum maraknya drama korea yang tengah digemari oleh sebagian warga negara
Indonesia belakangan ini. Di era 90-an sampai awal 2000-an, sejatinya bangsa
Indonesia sudah sangat gemar menonton film-film dari asia; terutama Hong kong
dan China. Untuk anak-anak yang terlahir di masa 90-an, hari libur mereka penuh
dengan tontonan dari dunia perfilman hong kong—yang kebanyakan bertemakan kunfu
atau shoalin.
Film-film
Asia timur ini melahirkan aktor-aktor yang melekat di benak warga Indonesia, di
antaranya film-film yang terbaik sepanjang masa yang menemani waktu lliburan
sekolah, seperti Shaolin Popeye (1994), Trouble Maker (1995), Ten Brother
(1995), hingga Shaolin Soccer (2001) yang memulai abad 21-an
dan banyak film mandarin lainnya.
Selain
film mandarin yang digemari, aktor-aktor pemeran pun taka kalah luput dari
bomingnya film mandarin di Indonesia. Seperti beberapa aktor; Shao-Wen Hao (Steven
Hao), Ashton Chen, Stephen Chow, Andy lau dan sederet aktor lain. Tidak hanya
pemeran utama, pemeran pembantu dalam film pun cukup berpengaruh, meski
orang-orang jarang mengetahui nama aslinya. Di antaranya Ng Man-Tat atau yang
biasa dijuluki sebagai paman Boboho dalam film Shaolin Popeye II. Bahkan film Shaolin
popeye II lebih meroket dengan komedi yang sangat jenaka.
Adalah
Ng Man-tat salah satu aktor pendukung yang membuat film ini sangat lucu sekali.
Meski namanya keseringan lupa untuk disebutkan, atau mungkin bagi orang
Indonesia akan sangat susah
untuk diucapkan, tetapi orang-orang akan mengingatnya sebagai Paman Boboho dari
Shaolin. Ng Man-tat dan citra Shaolin dalam film memang tidak
bisa dipisahkan.
Nama
Ng Man-tat sendiri adalah aktor yang cukup lama melintang di dunia perfilman,
salah satunya yang paling fenomenal dalam film God of Gambler II dan God of
Gambler III pada tahun 1991. Bersama Stephen Chow, ia memperlihatkan bagaimana
komedi cukup asik disajikan. Hingga yang paling fenomenal di tahun 2001 lewat
film Shaolin Soccer. (film ini
merupakan cikal-bakal diterapkannya blusukan untuk mencari pemain-pemain
berbakat oleh para pelatih sepak bola atau blusukan oleh para politisi demi
meraup suara).
Di
mana ada film komedi mandarin, tidak lengkap rasanya jika tidak ada nama NG
Man-tat. Bagaikan sayur tanpa garam. Ia menjelma legenda dalam dunia perfilman
Hong Kong meskipun
ia hampir tidak pernah atau jarang sekali mendapatkan peran utama. Tapi justru orang akan lebih mengingat aktingnya yang
jenaka, ceria dan hamper selalu membuahkan gelak tawa daripada mengingat namanya
dalam film tersebut.
Dalam
perfilman yang bertemakan shaolin, Ng Man-tat merupakan representasi tokoh dalam
film tentang bagaimana beragama dengan santuy dan juga riang gembira. Agama
memang tidak harus dibawakan secara ada serius melulu, apalagi kasar, tetapi melalui
perannya sebagai biksu shaolin, menggambarkan bagaimana menjadi berbeda,
seperti kepala tidak pernah diplontoskan layaknya biksu lainnya, atau berlaku
sesukanya, bahkan keseringan mengerjai gurunya. Tapi ia tetap melakukan dan
menjalankan perintah agamanya.
Setelah lama dan tenggelamnya perfilman Hong Kong oleh
maraknya perfilman korea Selatan. Menjelang akhir Februari, kabar
mengejutkan datang dari dunia hiburan, khusunya dunia hiburan Hong Kong. Aktor
Ng Man-Tat yang lahir di Xiamen, Tiongkok 2 Januari 1951 harus menghembuskan
nafas terakhirnya pada usia 70 tahun, pada tanggal 27 Februari 2021. Sejak 2013
ia sudah dirawat di rumah sakit karena kanker hati. Sejak saat itu kesehatannya
memburuk.
Di
Usianya, ia tidak dipanggil kakek, tapi masih dipanggil Paman, karena perannya
yang melekat sebagai seorang paman dari Boboho.
Orang akan selalu mengingatnya sebagai orang nyeleneh dan juga humoris,
dalam apapun perannya.
Terima
kasih Paman Tat telah menemani masa kecil kami dengan gelak tawa, terutama di
setiap waktu liburan tiba, sehingga sejenak kami bisa melupakan apa itu yang
namanya pelajaran matematika. Mungkin saja generasi 2000-an masih banyak yang
tidak tahu, atau terlalu asing dengan namanya sampai susah untuk
menyebutkannya. Tetapi Ada banyak hal yang mampu dipetik darinya, salah satunya
bahwa ada yang jauh lebih penting daripada sekadar nama, yaitu sebuah karya—
yang dihasilkan— dan orang-orang akan selalu mengingat karyanya, meski sering
melupakan namanya.
Komentar
Posting Komentar